
Biar Bisnis Nggak Boncos, Kenali Dulu Apa Itu Surcharge dan Cara Mengelolanya!
Briantama Afiq Ashari
Pernah nggak sih kamu belanja, terus tiba-tiba di akhir transaksi muncul biaya tambahan yang bikin kaget?
Nah, itulah yang biasa disebut surcharge. Dalam dunia bisnis, surcharge adalah hal yang lumrah.
Namun, kalau dikelola sembarangan, bisa bikin konsumen kecewa dan reputasi usahamu turun.
Sebaliknya, kalau kamu tahu cara mengatur biaya surcharge dengan tepat, justru bisa bantu jaga stabilitas keuangan.
Yuk, kita bahas bareng biar bisnis kamu makin cuan tanpa bikin pelanggan kabur. Simak sampai tuntas, ya!
Surcharge Itu Apa Sih?
Sumber: Freepik
Secara sederhana, surcharge adalah biaya tambahan di luar harga utama barang atau jasa yang kamu jual. Biaya ini bisa tetap atau berupa persentase dari total harga.
Biasanya dikenakan saat pembeli pakai metode pembayaran tertentu, seperti kartu kredit atau QRIS. Misalnya kamu beli barang seharga Rp100.000, lalu ada tambahan biaya 10%.
Artinya kamu harus bayar Rp110.000. Nah, tambahan ini yang disebut biaya surcharge adalah.
Kenapa harus ada surcharge? Karena beberapa metode pembayaran memang kena potongan dari pihak ketiga.
Nah, contohnya seperti bank atau penyedia platform digital. Jadi, untuk menutup biaya itu, penjual sering kasih tambahan ke pembeli.
Baca Juga: Mengenal Lebih Dalam Apa Itu Dine In? Simak Definisi, Keunggulan, dan Perbedaannya dengan Take Away
Apa Itu Freight Surcharge?
Sumber: Freepik
Selain di sektor ritel, biaya tambahan ini juga sering banget muncul di industri logistik.
Dalam konteks ini, freight surcharge adalah biaya tambahan yang dikenakan pada ongkos kirim.
Contohnya, saat harga bahan bakar naik, perusahaan ekspedisi bisa mengenakan freight surcharge untuk menutup kenaikan biaya operasional. Nah, ini juga bisa berlaku saat kondisi pengiriman nggak ideal.
Arti dari pengiriman nggak ideal ini seperti cuaca ekstrem atau proses ke daerah terpencil. Jadi, jangan kaget kalau tagihan pengiriman jadi lebih mahal dari biasanya.
Cara Kerja Surcharge di Dunia Nyata
Kamu pasti sering menemukan praktik surcharge saat musim ramai seperti Ramadan, Natal, atau Tahun Baru.
Restoran atau toko bisa saja kasih biaya tambahan 10-15% buat nutup biaya operasional yang meningkat.
Hal seperti ini pernah ramai banget di medsos. Salah satu contohnya waktu muncul istilah "lebaran surcharge".
Ada banyak orang merasa kaget, karena biaya surcharge adalah sesuatu yang mereka belum tahu sebelumnya.
Nah, penting banget buat pelaku usaha transparan. Jangan sampai pelanggan ngerasa ditipu gara-gara nggak dikasih tahu soal biaya tambahan ini. Lantas, apa saja pro dan kontranya?
Baca Juga: Simak 5 Rahasia & Cara Membuat Restoran Kamu Sukses!
Pro dan Kontra Penerapan Surcharge
Terdapat poin pro dan kontra dari penerapan surcharge ini, apa saja? Simak baik-baik di bawah ini!
Pro:
1. Menjaga Margin Keuntungan
Ketika harga bahan baku naik atau ada biaya tambahan dari bank, surcharge bisa bantu nutup selisihnya.
2. Mendorong Pembayaran Efisien
Pelanggan bisa terdorong untuk pakai metode bayar yang lebih murah (seperti tunai), supaya nggak kena surcharge.
Kontra:
1. Mempengaruhi Loyalitas Pelanggan
Kalau pelanggan tahu ada biaya tambahan yang nggak dikomunikasikan sebelumnya, bisa bikin mereka kabur.
2. Gak Sesuai Regulasi
Di Indonesia, BI udah ngelarang surcharge untuk pembayaran lewat kartu kredit dan QRIS.
Regulasi tentang Surcharge di Indonesia
Sumber: Freepik
Biar bisnis kamu tetap aman secara hukum, kamu wajib tahu aturan mainnya. Di Indonesia, surcharge adalah praktik yang harus sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
Peraturan BI Nomor 23/6/PBI/2021 menyebutkan, merchant dilarang mengenakan biaya surcharge untuk transaksi pakai EDC maupun QRIS.
Jadi, kalau kamu tetap jalani, bisa kena teguran, sanksi, bahkan pemblokiran sistem pembayaran.
Sedangkan di luar negeri, seperti Kanada atau Inggris, masih ada fleksibilitas soal ini. Namun, tetap aja harus jelas dan transparan ke pelanggan.
Surcharge vs Diskon: Dua Sisi Mata Uang yang Sama
Sering banget pemilik bisnis pakai strategi diskon buat narik pelanggan. Nah, tapi ada kalanya strategi surcharge adalah pilihan yang lebih realistis untuk jaga margin.
Misalnya kamu jual makanan lewat platform online.
Kalau kamu kena potongan komisi tinggi, daripada nurunin harga (yang malah bikin rugi), kamu bisa transparan kasih tahu pelanggan ada biaya tambahan kecil untuk pesanan online.
Yang penting, komunikasi itu harus jujur dan jelas sejak awal.
Kapan Waktu yang Tepat untuk Pakai Surcharge?
Nggak semua kondisi cocok buat menerapkan surcharge. Berikut ini beberapa skenario yang bisa kamu pertimbangkan:
- High season seperti Ramadan, Lebaran, Natal, atau libur nasional.
- Metode pembayaran digital dengan potongan tinggi.
- Peningkatan biaya operasional secara tiba-tiba.
- Pengiriman khusus atau permintaan yang sifatnya mendesak.
Kalau kamu tahu kapan dan bagaimana menerapkannya, biaya surcharge adalah alat yang powerful buat jaga kesehatan finansial bisnismu.
Cara Mengelola Surcharge Tanpa Bikin Pelanggan Kaget
Nah, ini bagian yang paling penting. Menerapkan surcharge memang boleh, tapi kamu harus ngelakuin ini dengan benar:
1. Konsisten & Transparan
- Tulis biaya tambahan dengan jelas di struk, menu, atau halaman checkout.
- Gunakan signage di kasir atau digital banner kalau di resto kamu.
2. Komunikasi di Awal
- Jangan kasih kejutan ke pelanggan saat mereka sudah mau bayar.
- Cantumkan surcharge saat pemesanan, bukan setelah transaksi selesai.
3. Tentukan Persentase yang Wajar
Idealnya 5-10%. Jangan lebih dari itu kecuali kamu kasih justifikasi yang jelas.
4. Gunakan Sistem Pembukuan yang Terintegrasi
Surcharge bisa jadi rumit kalau dicatat manual. Gunakan sistem yang bisa mengatur ini otomatis.
Studi Kasus: Surcharge di Industri F&B
Di industri kuliner, biaya surcharge adalah hal yang sering muncul pas momen spesial.
Contohnya, restoran yang buka di hari Lebaran kadang kasih tambahan biaya untuk cover:
- Biaya lembur karyawan
- Harga bahan baku naik
- Layanan ekstra (paket bukber, delivery cepat, dll)
Kalau dikelola dengan benar, pelanggan justru ngerti dan mau bayar lebih demi kenyamanan. Namun, kalau tanpa penjelasan, ya siap-siap kena review jelek di Google.
Kesimpulan
Singkatnya, surcharge adalah cara buat jaga stabilitas keuangan bisnismu tanpa harus ubah harga pokok.
Namun, kamu harus paham timing, aturan main, dan cara komunikasinya ke pelanggan.
Selama dilakukan secara transparan dan masuk akal, biaya surcharge adalah langkah cerdas dalam strategi bisnismu.
Jangan lupa, sesuaikan juga dengan regulasi yang berlaku supaya nggak kena masalah.
Kalau kamu ingin punya sistem bisnis yang bisa atur semua ini otomatis dan real-time, langsung aja pakai Sistem POS Kasir dari ESB. Nggak cuma praktis, tapi juga bikin bisnis kamu makin rapi dan profesional!
